Wednesday, June 28, 2023

Perjalanan Tanpa Pamrih dan Pengabdian / by. eep

 


Filsafat Pengorbanan: Perjalanan Tanpa Pamrih dan Pengabdian / by. eep

Pengorbanan, dalam berbagai bentuknya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia sejak dahulu kala. Salah satu aspek kurban yang memikat pikiran manusia selama berabad-abad adalah konsep "qurban" atau kurban dalam budaya Islam. Qurban memegang tempat yang signifikan di hati umat Islam di seluruh dunia karena merupakan tindakan yang mendalam dari tidak mementingkan diri sendiri dan pengabdian kepada Allah.

Tindakan qurban sangat berakar pada kisah Nabi Ibrahim as, dan keimanannya yang tak tergoyahkan kepada Allah. Menurut tradisi Islam, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah dalam mimpi untuk mengorbankan putra kesayangannya, Ismail as,. Terlepas dari cinta yang sangat besar yang dia miliki untuk putranya, Nabi Ibrahim rela tunduk pada kehendak Allah dan melakukan pengorbanan ini. Saat Nabi Ibrahim bersiap untuk memenuhi perintah ilahi ini, Allah turun tangan dan mengganti Ismail dengan seekor domba jantan, menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu. Tindakan ketaatan dan kepercayaan pada rencana Allah ini menjadi simbol pengabdian dan penyerahan diri pada kehendak ilahi.

Oleh karena itu, Qurban bukan hanya penyembelihan hewan secara fisik; itu mewujudkan makna dan tujuan yang lebih dalam. Itu mewakili kesediaan seorang mukmin untuk menyerahkan sesuatu yang berharga, baik itu kekayaan, waktu, atau keinginan pribadi, demi Allah. Hewan yang dipilih untuk qurban seringkali berupa domba, kambing, sapi, atau unta, dan harus memenuhi kriteria kesehatan dan umur tertentu. Daging dari hewan kurban kemudian dibagi menjadi tiga bagian yang sama: satu untuk individu yang mempersembahkan kurban, satu untuk keluarga dan teman, dan satu untuk anggota masyarakat yang kurang mampu.



Tindakan berbagi dan menafkahi sesama ini merupakan inti dari filosofi qurban. Ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya empati, kasih sayang, dan kemurahan hati terhadap mereka yang membutuhkan. Dengan mengambil bagian dalam tindakan qurban, umat Islam didorong untuk merenungkan berkah yang diberikan kepada mereka dan secara aktif mencari cara untuk meringankan penderitaan dan kesulitan orang lain. Ini adalah simbol persatuan dan solidaritas, karena orang-orang dari semua lapisan masyarakat berkumpul untuk mengambil bagian dalam ibadah ini.

Selain itu, qurban berfungsi sebagai perjalanan spiritual bagi individu yang mempersembahkan qurban. Ini adalah kesempatan untuk refleksi diri, disiplin diri, dan penguatan hubungan seseorang dengan Allah. Tindakan mengorbankan hewan membutuhkan kesabaran, keberanian, dan tujuan yang mendalam. Itu adalah ujian iman seseorang dan pengingat akan pengorbanan yang dilakukan oleh mereka yang datang sebelum kita.

Dalam arti yang lebih luas, filosofi qurban melampaui ranah agama. Itu mengajarkan kita nilai pengorbanan dalam kehidupan kita sehari-hari, terlepas dari kepercayaan agama kita. Pengorbanan, dalam bentuk apapun, menuntut kita untuk merelakan sesuatu demi kebaikan yang lebih besar. Itu mungkin melibatkan mengorbankan waktu kita untuk membantu orang lain, meninggalkan kemewahan pribadi untuk mendukung tujuan, atau bahkan membuat keputusan sulit untuk kepentingan orang yang kita kasihi. Filosofi qurban mengajak kita untuk merenungkan hakikat qurban dan kekuatan transformatifnya.



HUKUM QURBAN

Qurban, atau pengorbanan hewan, adalah praktik keagamaan penting dalam Islam yang memiliki nilai budaya dan spiritual yang signifikan bagi umat Islam di seluruh dunia. Tindakan menyembelih hewan kurban di bulan Dzulhijjah Islam dianggap sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek hukum dan prinsip-prinsip agama seputar Qurban.

Dasar Qurban dalam Islam

Qurban menemukan dasarnya dalam ajaran Islam, terutama berasal dari kisah Nabi Ibrahim (Abraham) dan kesediaannya untuk mengorbankan putranya, Ismail (Ishmael), sebagai ujian keimanannya. Namun, Allah mengintervensi dan menyediakan seekor domba jantan sebagai pengganti Ismail. Acara ini melambangkan ketundukan tertinggi pada kehendak Allah dan berfungsi sebagai pengingat iman Nabi Ibrahim yang tak tergoyahkan.

Kewajiban Hukum

Qurban tidak wajib (wajib) dalam Islam, melainkan tindakan yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Ini adalah tindakan ibadah sukarela yang dilakukan umat Islam untuk mencari kedekatan dengan Allah dan untuk meniru kesalehan Nabi Ibrahim. Namun, bagi mereka yang mampu secara finansial, sangat dianjurkan untuk berqurban. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kautsar :

 

إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

Artinya: 1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Namun menurut Jumhur Ulama Syafi'iyyah, bagi yang mampu dan memenuhi syarat, hukum kurban adalah sunnah mu'akkad. Di mata Islam, orang yang bisa tetapi tidak melakukan kurban tergolong keji bahkan dibenci oleh Al-Surah.Artinya: “Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang memiliki kemampuan, tetapi tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad).

Syarat Qurban

Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar Qurban menjadi sah:

1.     Niat: Orang yang menawarkan Qurban harus memiliki niat mencari keridhaan Allah dan memenuhi kewajiban agama.

2.     Hewan: Hewan yang akan dikurbankan harus dalam umur tertentu dan dalam keadaan sehat. Islam mengizinkan kurban sapi, domba, kambing, dan unta.

3.     Kepemilikan: Orang yang menawarkan Qurban harus menjadi pemilik hewan. Tidak diperbolehkan untuk mengorbankan hewan yang bukan milik Anda.

4.     Waktu: Qurban hanya dapat dilakukan pada hari-hari yang telah ditentukan pada Idul Adha, yaitu tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah.

Pembagian Daging Qurban

Daging dari hewan kurban dibagi menjadi tiga bagian:

-       Sepertiga diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan: Ini dianggap sebagai tindakan amal dan sarana untuk berbagi berkah Qurban dengan mereka yang kurang beruntung.

-       Sepertiga diberikan kepada kerabat dan teman: Ini mempromosikan kohesi sosial dan memperkuat ikatan kekerabatan dan komunitas.

-       Sepertiga disimpan untuk konsumsi pribadi: Orang yang menawarkan Qurban dan keluarganya dapat mengkonsumsi sebagian dari dagingnya.


a. Niat-Doa Menyembelih Hewan Kurban Diri Sendiri

اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ يَا كَرِيْمُ

Allahumma hadzihi minka wa ilaika, fataqabbal minni ya karim.

Artinya: "Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini aku bertakarub (mendekatkan diri) kepada-Mu. Karenanya Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah takarubku."

b. Doa Menyembelih Hewan Kurban Orang Lain

(....) بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنْ

Bismillah wallahu akbar. Allahumma minka wa ilaika, fataqabbal min ... (ucapkan nama pemilik hewan kurban).

Artinya: "Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, Ya Allah, kurban ini dari-Mu dan untuk-Mu, terimalah kurban (nama pemilik hewan kurban)."

c. Doa Menyembelih Hewan Kurban untuk 7 Orang

اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِن... يَا كَرِيْمُ

Allahumma hadzihi minka wa ilaika, fataqabbal min (ucapkan nama ketujuh pemilik hewan kurban) ya karim.

Artinya: "Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini kami bertakarub (mendekatkan diri) kepada-Mu. Karenanya Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah takarub kami."

Hikmah Berkurban

Berkurban adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Islam pada hari raya Idul Adha. Ibadah ini tidak sekedar memberikan daging kepada yang membutuhkan, namun juga mengandung banyak hikmah dan makna yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa hikmah berkurban yang bisa diambil sebagai pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

1. Mengorbankan Sesuatu yang Berharga

Salah satu hikmah dari berkurban adalah kemampuan kita untuk mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita. Dalam berkurban, kita harus mampu melepaskan hewan kurban yang mungkin sudah menjadi bagian dari keluarga atau memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini melarang kita untuk tidak terlalu terikat pada materi dan mampu melepaskan sesuatu yang kita cintai demi kebaikan orang lain.

2. Keikhlasan dan Ketulusan Hati

Berkurban juga melarang kita tentang keikhlasan dan ketulusan hati. Ketika kita berkurban, tidak ada niatan untuk mencari pujian atau ketidakseimbangan dari orang lain. Ibadah ini harus dilakukan sematamata karena Allah SWT. Hal ini melarang kita untuk bertindak dengan tulus dan ikhlas dalam segala hal yang kita lakukan, tanpa mengharapkan balasan atau pengakuan dari orang lain.

3. Kepedulian terhadap Sesama

Salah satu tujuan dari berkurban adalah untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Daging kurban yang didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang kurang mampu memberikan manfaat yang besar bagi mereka. Hikmah ini melarang kita tentang pentingnya memiliki rasa empati dan peduli terhadap kondisi sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga bisa mengambil hikmah ini dengan berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan, baik itu dalam bentuk materi maupun waktu dan perhatian.

4. Menjaga Keseimbangan Dalam Hidup

Dalam berkurban, kita harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain. Hewan kurban yang dipilih harus yang sehat dan memiliki kualitas yang baik. Namun, kita juga harus memastikan bahwa kita tidak berlebihan dalam memilih hewan kurban yang sangat mahal atau mewah. Hikmah ini melarang kita untuk menjaga keseimbangan dalam hidup, tidak terlalu berlebihan dalam mengambil atau memberikan.

Allahua'lam. 

Baca Juga : Jurnas MudarrisMGMP PAI SMP Kab. Puurwakarta


0 comments:

Post a Comment