Friday, August 25, 2023

Nilai Kearifan Budaya di Purwakarta Menjadi Penguat Karakter Bagi Murid

 


Artikel: Nilai Kearifan Budaya dalam Pendidikan Berdasarkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Kabupaten Purwakarta

By. Eep Saepul Hayat (CGP Angakatan 9 Tahun 2023) / GPAI SMPN 10 Purwakarta

Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam membentuk individu yang berakhlak mulia dan siap berkontribusi positif dalam masyarakat. Di Kabupaten Purwakarta, pendidikan karakter diintegrasikan dengan nilai-nilai kearifan budaya lokal yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), pendiri Taman Siswa dan tokoh pendidikan Indonesia. Salah satu metode yang digunakan adalah melalui konsep Panca Niti (lima tahapan), yang mencakup tujuh hari ajaran istimewa atau tujuh poe atikan istimewa. Nilai-nilai ini memberikan dasar pendidikan berkarakter yang kuat dengan mengacu pada nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal, sekaligus memperkuat karakter murid sebagai individu dan anggota masyarakat yang berkualitas.

Senen: Ajeg Nusantara

Pada hari Senen, pendidikan mengarah pada prinsip Ajeg Nusantara, yang menekankan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Sabang sampai Merauke. Pembelajaran dimulai dengan mengenalkan sejarah dan semangat patriotik pejuang kemerdekaan, memahami sumber daya alam, budaya suku adat, ragam bahasa daerah, agama, dan seni budaya. Guru dengan berbagai mata pelajaran bekerja sama untuk mensinergikan materi dengan keunggulan budaya Nusantara.

Salasa: Mapag Buana

Mapag Buana mengajarkan peserta didik untuk membuka diri terhadap perubahan zaman dan berbagai peradaban dunia. Guru membimbing peserta didik memahami dunia modern dengan mempelajari peradaban negara-negara maju dan berkembang. Bahasa internasional juga diajarkan untuk memperluas wawasan.

Rebo: Maneuh di Sunda

Pada hari Rebo, nilai "Maneuh di Sunda" mengajarkan peserta didik tentang pentingnya mengenal dan menjaga budaya leluhur, budaya Sunda, dan nilai-nilai Siliwangi seperti silih asih, silih asah, silih asuh, welasan, asihan, dan deudeuhan. Peserta didik mempelajari kampung adat dan tradisi Sunda, serta menginternalisasi prinsip gotong royong.

Kemis: Nyanding Wawangi (Estetis)

Hari Kemis mengajarkan nilai estetika dan keindahan hidup. Peserta didik dan guru memahami kebebasan dengan tetap mengedepankan norma kesopanan. Guru memadukan unsur seni dalam pembelajaran untuk merangsang daya kreativitas.

Jumaah: Nyucikeun Diri

Pada hari Jumaah, peserta didik diajarkan tentang kesucian hati, jiwa, dan pikiran. Melalui tafakur, mereka memahami peran sebagai khalifah dan tanggung jawab untuk berbuat kebaikan.

Sabtu-Minggu: Betah di Imah

Pada akhir pekan, peserta didik diajak untuk merasa nyaman dan betah di rumah. Mereka membantu pekerjaan orang tua, berkomunikasi dengan anggota keluarga, dan memahami persoalan yang dihadapi keluarga.

Dengan mengaplikasikan tujuh poe atikan istimewa ini, Kabupaten Purwakarta menciptakan pendidikan karakter yang kuat dengan memadukan nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal, nilai-nilai KHD, dan nilai-nilai pendidikan nasional. Hal ini tidak hanya membangun karakter murid yang baik, tetapi juga mewujudkan generasi yang memiliki kedalaman budaya dan siap berkontribusi positif dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, nilai-nilai kearifan budaya menjadi penguatan karakter bagi murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

Baca Juga : JURNAL MUDARRIS

0 comments:

Post a Comment