Artikel: Nilai Kearifan Budaya
dalam Pendidikan Berdasarkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Kabupaten
Purwakarta
By. Eep Saepul Hayat (CGP Angakatan
9 Tahun 2023) / GPAI SMPN 10 Purwakarta
Pendidikan karakter merupakan
bagian penting dalam membentuk individu yang berakhlak mulia dan siap
berkontribusi positif dalam masyarakat. Di Kabupaten Purwakarta, pendidikan
karakter diintegrasikan dengan nilai-nilai kearifan budaya lokal yang sesuai dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), pendiri Taman Siswa dan tokoh pendidikan
Indonesia. Salah satu metode yang digunakan adalah melalui konsep Panca Niti
(lima tahapan), yang mencakup tujuh hari ajaran istimewa atau tujuh poe atikan
istimewa. Nilai-nilai ini memberikan dasar pendidikan berkarakter yang kuat
dengan mengacu pada nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal, sekaligus
memperkuat karakter murid sebagai individu dan anggota masyarakat yang
berkualitas.
Senen: Ajeg Nusantara
Pada hari Senen, pendidikan
mengarah pada prinsip Ajeg Nusantara, yang menekankan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari Sabang sampai Merauke. Pembelajaran dimulai
dengan mengenalkan sejarah dan semangat patriotik pejuang kemerdekaan, memahami
sumber daya alam, budaya suku adat, ragam bahasa daerah, agama, dan seni
budaya. Guru dengan berbagai mata pelajaran bekerja sama untuk mensinergikan
materi dengan keunggulan budaya Nusantara.
Salasa: Mapag Buana
Mapag Buana mengajarkan peserta
didik untuk membuka diri terhadap perubahan zaman dan berbagai peradaban dunia.
Guru membimbing peserta didik memahami dunia modern dengan mempelajari
peradaban negara-negara maju dan berkembang. Bahasa internasional juga
diajarkan untuk memperluas wawasan.
Rebo: Maneuh di Sunda
Pada hari Rebo, nilai
"Maneuh di Sunda" mengajarkan peserta didik tentang pentingnya
mengenal dan menjaga budaya leluhur, budaya Sunda, dan nilai-nilai Siliwangi
seperti silih asih, silih asah, silih asuh, welasan, asihan, dan deudeuhan.
Peserta didik mempelajari kampung adat dan tradisi Sunda, serta
menginternalisasi prinsip gotong royong.
Kemis: Nyanding Wawangi
(Estetis)
Hari Kemis mengajarkan nilai
estetika dan keindahan hidup. Peserta didik dan guru memahami kebebasan dengan
tetap mengedepankan norma kesopanan. Guru memadukan unsur seni dalam
pembelajaran untuk merangsang daya kreativitas.
Jumaah: Nyucikeun Diri
Pada hari Jumaah, peserta didik
diajarkan tentang kesucian hati, jiwa, dan pikiran. Melalui tafakur, mereka
memahami peran sebagai khalifah dan tanggung jawab untuk berbuat kebaikan.
Sabtu-Minggu: Betah di Imah
Pada akhir pekan, peserta didik
diajak untuk merasa nyaman dan betah di rumah. Mereka membantu pekerjaan orang
tua, berkomunikasi dengan anggota keluarga, dan memahami persoalan yang
dihadapi keluarga.
Dengan mengaplikasikan tujuh poe
atikan istimewa ini, Kabupaten Purwakarta menciptakan pendidikan karakter yang
kuat dengan memadukan nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal, nilai-nilai KHD,
dan nilai-nilai pendidikan nasional. Hal ini tidak hanya membangun karakter
murid yang baik, tetapi juga mewujudkan generasi yang memiliki kedalaman budaya
dan siap berkontribusi positif dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini,
nilai-nilai kearifan budaya menjadi penguatan karakter bagi murid sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
0 comments:
Post a Comment