Thursday, August 7, 2025

Persiapan Workshop Pengenalan AI dalam Konteks Pendidikan dan Pembelajaran PAI

Local photo 2025 by. Doc, momen rapat

Purwakarta, 7 Agustus 2025 – Bertempat di Aula Kementerian Agama Kabupaten Purwakarta, dilaksanakan rapat persiapan kegiatan workshop bertajuk Pengenalan Artificial Intelligence (AI) dalam Konteks Pendidikan dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Rapat ini dihadiri oleh para pengawas PAI, perwakilan guru, serta tim pelaksana kegiatan yang akan digelar pada tanggal 19 hingga 21 Agustus 2025 mendatang.

Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAI) Kemenag Purwakarta, H. Anang Suryana, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas kehadiran seluruh peserta dalam rapat ini. Beliau menekankan pentingnya kegiatan workshop tidak hanya sebagai kegiatan formalitas semata, tetapi juga harus mampu menghasilkan output dan outcome yang nyata dalam bentuk peningkatan kompetensi guru PAI dalam menghadapi perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan.

> “Kegiatan ini harus berdampak, baik secara individu bagi guru PAI maupun secara sistem dalam pembelajaran di kelas. Jangan sampai hanya menjadi seremonial, tetapi harus ada hasil dan tindak lanjutnya,” ujar H. Anang Suryana, M.Ag.

Selanjutnya, sambutan dan pemaparan teknis disampaikan oleh perwakilan Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAI, Hj. Lulu Makiyah, S.Ag, M.M.Pd. Beliau memaparkan secara rinci teknis pelaksanaan workshop, mulai dari alur kegiatan, materi yang akan dibahas, narasumber, serta pembagian tugas panitia. Workshop ini akan dikemas dalam bentuk pembelajaran aktif yang memungkinkan peserta memahami AI dan bagaimana penerapannya secara praktis dalam pembelajaran PAI di satuan pendidikan.

Rapat ini menjadi langkah awal penting dalam menyukseskan pelaksanaan workshop, dengan harapan bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan literasi digital dan adaptasi teknologi di kalangan guru PAI se-Kabupaten Purwakarta.

Kontributor:  Eep

Sunday, June 8, 2025

Satu Lantai, Seribu Rasa: Dari Hafalan ke Satean

local poto 2025 by Al-falah

🔥 Asap mulai naik, hafalan tetap meluncur.

📖 Di lantai satu, ada yang sibuk setor hafalan sambil nyate!
🌙 Idul Adha kali ini bukan cuma tentang kurban, tapi juga tentang kebersamaan yang renyah.
Penasaran gimana rasanya jadi santri tahfidz yang hafalannya nempel dan satenya garing?
Nantikan kisah seru "Tahfidz Lt.1: Hafalan Jalan, Sate Ludes!" hanya di Ponpes Al-Falah 1 Cicalengka!

==================================================================

Cicalengka, 7/6/2025. Hari Raya Idul Adha di Ponpes Al-Falah 1 Cicalengka selalu punya cerita yang beda tiap tahunnya. Tahun ini, Lantai 1 asrama tahfidz sukses jadi pusat perhatian. Kenapa? Karena bukan cuma suara lantunan hafalan yang menggema, tapi juga aroma sate yang bikin perut bergejolak!

Sejak pagi, santri-santri tahfidz Lantai 1 sudah sibuk—bukan cuma sibuk murojaah, tapi juga sibuk motong daging kurban dan menyiapkan tusukan sate. Ada yang pegang pisau, ada yang jaga arang, dan tentu saja ada yang tetap setia dengan Al-Qur’an di tangan. Multitasking ala santri? Bisa banget!

Yang bikin makin seru, sambil bakar sate, mereka saling setor hafalan. Jadi sambil kipas-kipas arang, mulut tetap bergerak melantunkan ayat demi ayat. Kayak pesantren rasa BBQ—penuh semangat, barokah, dan pastinya kebersamaan.

Dagingnya empuk, bumbunya mantap, dan yang paling penting: dibumbui dengan keikhlasan dan cinta.

Inilah makna Idul Adha versi Tahfidz Lt.1: berkurban bukan cuma soal menyembelih, tapi juga soal berbagi, bekerja sama, dan tetap menjaga hafalan di tengah hiruk pikuk sate dan asap arang.

Ponpes Al-Falah 1 Cicalengka, dari Lantai 1 untuk semua: hafalan jalan terus, sate pun habiss!

 



















Wednesday, May 21, 2025

Sosialisasi Program Zakat Wakaf (ZaWa) Goes to School & Campus

Local photo 2025 by. Eep, momen sosialisasi 

"Zakat dan Wakaf bukan hanya ibadah, tapi solusi untuk masa depan bangsa. Saatnya sekolah dan kampus menjadi pusat gerakan filantropi! ZaWa Goes to School & Campus — menyemai kepedulian, menumbuhkan peradaban."


Bekasi, 21 Mei 2025 – Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI melalui Subdirektorat PAI sukses menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Program Zakat Wakaf (ZaWa) Goes to School & Campus yang bertempat di Hotel Ibis Styles Bekasi Jatibening. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI SD, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI SMP, SMPLB, SMA, dan SMK dari berbagai daerah.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran para pendidik akan pentingnya zakat dan wakaf sebagai instrumen pemberdayaan umat.

Dalam sambutannya sekaligus membuka acara, Dr. Munir, MA, selaku Direktur Jenderal PAI Kementerian Agama RI, menegaskan bahwa masa depan bangsa berada di tangan para pendidik hari ini. Ia juga menyampaikan pentingnya peningkatan kompetensi dan kesejahteraan Guru PAI serta menekankan tujuh peta jalan PAI yang menjadi arah pembangunan karakter bangsa. “PAI bukan hanya untuk siswa, tapi untuk Indonesia,” tegasnya.

Program ini menjadi bagian dari piloting awal yang akan ditindaklanjuti dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa peluncuran program ZaWa di masing-masing sekolah dan kampus peserta. Tak hanya mengedepankan transfer pengetahuan, program ini juga diharapkan menumbuhkan kesadaran filantropi dan semangat berbagi sejak dini di kalangan siswa.

Dengan pendekatan yang edukatif dan inspiratif, kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal gerakan nasional zakat dan wakaf berbasis sekolah dan kampus sebagai upaya bersama dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.

Tuesday, April 8, 2025

Kembali Bukan Karena Diminta, Tapi Karena Cinta

Local photo 2025 by. Ilustrasi

Ketika langkah kaki kembali ke tempat semua dimulai… Bukan karena diminta, tapi karena rasa yang belum pernah benar-benar pergi. Ini bukan soal besar kecilnya kontribusi, tapi tentang cinta yang tetap hangat, meski waktu sudah berjalan jauh.

--------*

Kadang, kita kembali bukan karena diminta—tapi karena hati yang terpanggil.

Karena ada satu tempat yang selalu punya ruang spesial di sudut ingatan: almamater. Tempat kita dulu ditempa, dijatuhkan, dibentuk, dan akhirnya diluncurkan ke dunia.

Dan hari ini, mungkin cuma secuil waktu, sepenggal tenaga, atau sekotak ide sederhana—tapi semuanya kita persembahkan untuk almamater tercinta. Bukan untuk pamer jasa, bukan pula cari pujian. Tapi karena kita tahu, kita takkan jadi siapa-siapa tanpa tempat ini.

Mengajar adik tingkat, bantu acara, isi seminar, atau sekadar duduk di bangku lama sambil berbagi cerita… semuanya adalah bentuk kecil dari rasa terima kasih yang besar.

Almamater bukan sekadar bangunan, tapi tempat lahirnya semangat dan pengabdian kita, sekecil apapun itu, adalah cara untuk bilang:

“Terima kasih telah menjadi rumah awal dari semua langkahku.”

Salam hormat.

Saepul_eep _/\_

Thursday, April 3, 2025

PENURUNAN JUMLAH JAMAAH MASJID PASCA RAMADHAN: ANALISIS FAKTOR DAN SOLUSI

Local photo 2025 by. Ilustrasi 

Setelah Ramadhan berlalu, masjid yang sebelumnya penuh kini kembali lengang. Apa yang menyebabkan penurunan jumlah jamaah? Bagaimana cara menjaga semangat ibadah tetap menyala sepanjang tahun? Temukan jawabannya dalam kajian mendalam ini! 

By. Eep


BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan menjadi momentum peningkatan ibadah bagi umat Islam. Pada bulan tersebut, masjid-masjid dipenuhi oleh jamaah yang melaksanakan shalat fardhu, shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan ibadah lainnya. Namun, fenomena yang sering terjadi adalah penurunan drastis jumlah jamaah masjid setelah Ramadhan berakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penurunan jumlah jamaah dan merumuskan solusi untuk menjaga keberlanjutan semangat ibadah di masjid sepanjang tahun.

1.2 Rumusan Masalah

• Apa saja faktor yang menyebabkan penurunan jumlah jamaah masjid pasca Ramadhan?

• Bagaimana dampak dari fenomena ini terhadap kehidupan sosial dan spiritual umat Islam?

• Apa strategi yang dapat diterapkan untuk mempertahankan tingkat partisipasi jamaah di masjid?

1.3 Tujuan Penelitian

• Mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan penurunan jamaah masjid pasca Ramadhan.

• Menganalisis dampak sosial dan spiritual dari fenomena ini.

• Menyusun strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterlibatan jamaah sepanjang tahun.

BAB II: KAJIAN TEORI

2.1 Pentingnya Masjid dalam Kehidupan Umat Islam

Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan dakwah. Keberadaan masjid yang aktif dapat meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan masyarakat.

2.2 Motivasi Ibadah di Bulan Ramadhan

Ramadhan memberikan motivasi ibadah yang tinggi karena adanya perintah agama, pahala berlipat ganda, serta suasana kebersamaan dalam beribadah.

2.3 Faktor Penurunan Jumlah Jamaah Pasca Ramadhan

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan jumlah jamaah antara lain:

• Menurunnya Motivasi Spiritual: Euforia Ramadhan berkurang setelah bulan suci berakhir.

• Kesibukan Duniawi: Aktivitas pekerjaan dan rutinitas kembali menjadi prioritas utama.

• Kurangnya Program Keagamaan: Masjid kurang memiliki program berkelanjutan yang menarik jamaah.

• Kurangnya Kepemimpinan dan Pengelolaan Masjid yang Efektif: Tidak adanya strategi khusus untuk mempertahankan jamaah.

• Kurangnya Dukungan Sosial: Tidak adanya komunitas yang aktif dalam mengajak jamaah tetap beribadah di masjid.

BAB III: METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus di beberapa masjid. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara dengan pengurus masjid, survei jamaah, dan observasi langsung.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Faktor Penyebab Penurunan Jamaah

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa faktor internal seperti kurangnya motivasi spiritual serta faktor eksternal seperti meningkatnya kesibukan menjadi penyebab utama.

4.2 Dampak Penurunan Jamaah

Dampak dari fenomena ini antara lain:

• Melemahnya ukhuwah Islamiyah di lingkungan sekitar masjid.

• Berkurangnya aktivitas dakwah dan pendidikan Islam.

• Meningkatnya individualisme dalam beribadah.

4.3 Strategi Peningkatan Keterlibatan Jamaah

• Mengadakan Program Berkelanjutan: Kegiatan kajian rutin, kelas tahsin, dan program sosial.

• Memanfaatkan Teknologi: Penyebaran informasi melalui media sosial untuk menarik jamaah.

• Membangun Komunitas Jamaah: Mendorong keterlibatan aktif masyarakat melalui grup keagamaan.

• Memperkuat Peran Takmir Masjid: Pelatihan bagi pengurus masjid dalam manajemen dakwah.

• Memberikan Insentif Spiritual: Misalnya program "Jamaah Teladan" dengan penghargaan simbolis.

BAB V: PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penurunan jumlah jamaah masjid pasca Ramadhan disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Solusi yang dapat diterapkan meliputi peningkatan program keagamaan, pemanfaatan teknologi, serta pembentukan komunitas jamaah yang aktif.

5.2 Rekomendasi

• Pengurus masjid perlu lebih kreatif dalam menyelenggarakan program untuk menarik jamaah.

• Dukungan dari tokoh agama dan masyarakat sangat diperlukan dalam menjaga kontinuitas ibadah di masjid.

• Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas untuk memperkaya solusi yang lebih efektif


Daftar Pustaka 


  1. Abdullah, M. (2020). Dinamika Kehadiran Jamaah di Masjid Setelah Ramadhan: Studi Kasus di Jakarta. Jurnal Studi Islam, 15(2), 120-135.
  2. Al-Faruqi, I. (2021). Faktor Penurunan Antusiasme Jamaah Pasca Ramadhan dan Upaya Revitalisasi Masjid. Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam, 8(1), 45-60.
  3. Az-Zuhri, F. (2019). Masjid dan Peranannya dalam Menjaga Konsistensi Ibadah Jamaah Pasca Ramadhan. Jakarta: Pustaka Islam.
  4. Hidayat, R. (2022). Strategi Peningkatan Keaktifan Jamaah Masjid Setelah Bulan Ramadhan. Jurnal Manajemen Dakwah, 11(3), 78-92.
  5. Karim, A. (2023). Analisis Perubahan Pola Ibadah Masyarakat Muslim Pasca Ramadhan di Perkotaan. Jurnal Sosial Keislaman, 7(2), 98-112.
  6. Maulana, S. (2024). Pengaruh Program Keagamaan terhadap Keberlanjutan Kehadiran Jamaah di Masjid Pasca Ramadhan. Jurnal Pendidikan Islam, 13(1), 55-72.
  7. Nasrullah, T. (2020). Revitalisasi Fungsi Masjid untuk Menarik Jamaah Setelah Ramadhan. Bandung: Al-Bayan Press.
  8. Rahman, U. (2021). Motivasi dan Hambatan Jamaah dalam Menjaga Konsistensi Ibadah di Masjid Setelah Ramadhan. Jurnal Ilmu Keislaman, 9(4), 130-145.
  9. Syafii, M. (2023). Kajian Sosiologis Mengenai Penurunan Kehadiran Jamaah di Masjid Setelah Ramadhan di Indonesia. Jurnal Sosiologi Agama, 5(2), 110-125.
  10. Yusuf, H. (2025). Membangun Kegiatan Keagamaan yang Berkelanjutan di Masjid Pasca Ramadhan: Studi Empiris di Indonesia. Jurnal Pengembangan Islam, 12(1), 22-38.

Sunday, March 16, 2025

Transformasi Hati Melalui Nuzulul Qur'an: Peran Guru PAI yang Tak Tergantikan


Local photo 2025 by. Ilustrasi 

Hari ini, kita mengingat turunnya Al-Qur'an, petunjuk hidup yang tak pernah usang! Bagi guru PAI, ini adalah momen untuk merenung, belajar, dan lebih menghidupkan wahyu dalam setiap langkah. Ayo, semangat berbagi cahaya kebenaran dan kasih sayang kepada generasi penerus! 📚💡 by.eep


Pena_GPAI,  16/3/2025. Nuzulul Qur'an bagi guru PAI itu kayak momen ajaib yang nggak cuma jadi peringatan tahunan, tapi jadi energi baru buat para pengajar. Bayangkan, ketika kita memperingati turunnya Al-Qur'an, kita nggak cuma mengenang peristiwa sejarah—kita juga diingatkan betapa luar biasanya amanah yang diemban. Sebagai guru Pendidikan Agama Islam, Nuzulul Qur'an itu seperti mendapatkan suntikan semangat ekstra. Kalau kita pikir, kita nggak sekadar mengajar teks, tapi mengajar wahyu Tuhan yang penuh dengan petunjuk hidup.

Ketika mengajarkan Al-Qur'an, kita nggak cuma menyampaikan ayat-ayat, tapi juga memperkenalkan cahaya kehidupan. Guru PAI itu ibarat penerjemah hati, yang berusaha mengarahkan siswa untuk meresapi dan memahami setiap makna yang terkandung dalam setiap kalimat. Nah, di momen Nuzulul Qur'an ini, guru PAI bisa semakin sadar bahwa tugas kita bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga transfer keberkahan. Kita jadi semacam jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan sumber hikmah yang tak lekang oleh zaman.

Ini juga waktu yang tepat untuk mengingatkan diri kita, guru PAI, bahwa kita punya peran besar dalam menjaga dan menyebarkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dengan cara yang menarik dan relevan. Nuzulul Qur'an bukan hanya memperkuat kita dalam memahami isi wahyu, tapi juga mendorong kita untuk lebih kreatif dalam menyampaikannya ke generasi yang mungkin lebih dekat dengan teknologi daripada kitab kuno. Coba bayangin, kalau kita bisa menyampaikan pesan Al-Qur'an dengan cara yang mengena di hati dan bisa relate dengan kehidupan sehari-hari mereka, wah, itu udah seperti memberikan kunci kebahagiaan buat mereka.

Jadi, peringatan Nuzulul Qur'an ini bukan hanya jadi kesempatan untuk mengenang turunnya wahyu, tapi juga momentum refleksi bagi kita sebagai guru PAI untuk terus belajar, menginspirasi, dan mencetak generasi yang lebih dekat dengan Al-Qur'an. Jangan sampai kita cuma jadi penghafal teks, tapi kita juga harus jadi penerjemah makna yang bisa membuat kehidupan anak didik kita lebih bermakna dan penuh berkah.

Allohua'lam



Saturday, March 15, 2025

Lebih dari Sekadar TPG: Saatnya Guru Melejitkan Kualitas!

local poto 2025 by. ilustrasi

Tunjangan tinggi, tapi apakah kompetensi ikut naik? Jangan sampai TPG hanya jadi formalitas tanpa esensi! Saatnya guru bukan hanya sejahtera, tapi juga makin luar biasa! 🚀📚 by. eep

Antara Formalitas dan Esensi

Pena GPAI, 15/3/2025. Seperti dua sisi mata uang yang dilempar ke udara, Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan kompetensi guru terus berputar dalam pusaran perdebatan yang tak berkesudahan. Satu sisi gemerlap dengan janji kesejahteraan, sementara sisi lainnya dihantui pertanyaan: "Apakah tunjangan berbanding lurus dengan kualitas?"

Mari kita bayangkan dunia pendidikan sebagai samudra luas. Di atasnya, para guru berlayar dengan kapal bernama "Harapan dan Dedikasi". Sebagian kapal megah dengan layar membentang, dipenuhi nakhoda yang paham betul arah angin, membaca ombak, dan menakhodai dengan keahlian tinggi. Namun, sebagian lainnya masih tertatih, berlayar dengan kompas yang berkarat, terseret arus ketidakpastian.

Di tengah lautan itu, datanglah gelombang TPG, bak tsunami kesejahteraan yang diimpikan. Banyak guru bersorak, akhirnya jerih payah mereka dihargai. Tetapi, di sudut lain, ada gelisah yang mengendap—apakah tunjangan ini cukup untuk membangkitkan jiwa kompetensi yang tertidur? Atau justru menjadi selimut nyaman yang membuat sebagian guru lupa bahwa kapal mereka harus terus diperbaiki?

Kompetensi guru adalah nyawa pendidikan. Ia bukan sekadar sertifikat yang terpampang di dinding ruang guru atau deretan angka dalam daftar nilai. Kompetensi adalah api yang membakar semangat belajar. Ia adalah cahaya di tengah gelapnya ketidaktahuan siswa. Tetapi, jika api itu hanya redup di bawah tekanan administratif, apakah tunjangan bisa benar-benar menghidupkannya?

Sebuah ironi terjadi: tunjangan yang seharusnya menjadi bahan bakar, terkadang berubah menjadi fatamorgana. Seperti raja tanpa mahkota, ada guru yang mendapat tunjangan tetapi tetap gagap teknologi, kaku dalam mengajar, dan lebih sibuk mengurus angka kredit daripada kualitas belajar siswa.

Namun, harapan selalu ada. Di sudut-sudut sekolah, masih banyak guru yang menjadikan kompetensi sebagai cahaya mercusuar. Mereka paham bahwa TPG hanyalah sarana, bukan tujuan. Mereka terus berinovasi, belajar tanpa henti, dan menjadikan kelas sebagai laboratorium ilmu yang hidup.

Maka, apakah TPG adalah solusi utama bagi kompetensi guru? Tidak sepenuhnya. Sebab, kompetensi tidak bisa dibeli, tidak bisa diukur hanya dengan tunjangan. Ia tumbuh dari kesadaran, berkembang dari keinginan untuk selalu menjadi lebih baik.

Sampai kapan perdebatan ini akan terus berputar? Sampai para guru menyadari bahwa pendidikan bukan tentang angka dalam slip gaji, melainkan jejak yang mereka tinggalkan di hati anak didik mereka.

Memang benar bahwa Tunjangan Profesi Guru (TPG) dapat menjadi motivasi dan penghargaan bagi guru, namun tidak boleh mengabaikan pentingnya kompetensi guru. Kompetensi guru adalah kunci untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, efektif, dan efisien. Guru yang kompeten dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, menggunakan metode yang inovatif, dan menilai kemajuan siswa dengan akurat. Di sisi lain, TPG hanya merupakan salah satu aspek dari keseluruhan sistem pendidikan. Jika kompetensi guru tidak seimbang dengan TPG, maka pendidikan kita hanya akan terjebak dalam ilusi sejahtera.

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan kompetensi guru, seperti pelatihan, workshop, dan pendidikan lanjutan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih berkualitas, efektif, dan berkelanjutan.

Allohua'lam...