Filsafat Pengorbanan:
Perjalanan Tanpa Pamrih dan Pengabdian / by. eep
Pengorbanan, dalam berbagai
bentuknya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia sejak
dahulu kala. Salah satu aspek kurban yang memikat pikiran manusia selama
berabad-abad adalah konsep "qurban" atau kurban dalam budaya Islam.
Qurban memegang tempat yang signifikan di hati umat Islam di seluruh dunia karena
merupakan tindakan yang mendalam dari tidak mementingkan diri sendiri dan
pengabdian kepada Allah.
Tindakan qurban sangat
berakar pada kisah Nabi Ibrahim as, dan keimanannya yang tak tergoyahkan
kepada Allah. Menurut tradisi Islam, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah dalam mimpi
untuk mengorbankan putra kesayangannya, Ismail as,. Terlepas dari cinta
yang sangat besar yang dia miliki untuk putranya, Nabi Ibrahim rela tunduk pada
kehendak Allah dan melakukan pengorbanan ini. Saat Nabi Ibrahim bersiap untuk
memenuhi perintah ilahi ini, Allah turun tangan dan mengganti Ismail dengan
seekor domba jantan, menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu. Tindakan ketaatan
dan kepercayaan pada rencana Allah ini menjadi simbol pengabdian dan penyerahan
diri pada kehendak ilahi.
Oleh karena itu, Qurban
bukan hanya penyembelihan hewan secara fisik; itu mewujudkan makna dan tujuan
yang lebih dalam. Itu mewakili kesediaan seorang mukmin untuk menyerahkan
sesuatu yang berharga, baik itu kekayaan, waktu, atau keinginan pribadi, demi
Allah. Hewan yang dipilih untuk qurban seringkali berupa domba, kambing, sapi,
atau unta, dan harus memenuhi kriteria kesehatan dan umur tertentu. Daging dari
hewan kurban kemudian dibagi menjadi tiga bagian yang sama: satu untuk individu
yang mempersembahkan kurban, satu untuk keluarga dan teman, dan satu untuk
anggota masyarakat yang kurang mampu.
Tindakan berbagi dan
menafkahi sesama ini merupakan inti dari filosofi qurban. Ini berfungsi sebagai
pengingat akan pentingnya empati, kasih sayang, dan kemurahan hati terhadap
mereka yang membutuhkan. Dengan mengambil bagian dalam tindakan qurban, umat
Islam didorong untuk merenungkan berkah yang diberikan kepada mereka dan secara
aktif mencari cara untuk meringankan penderitaan dan kesulitan orang lain. Ini
adalah simbol persatuan dan solidaritas, karena orang-orang dari semua lapisan
masyarakat berkumpul untuk mengambil bagian dalam ibadah ini.
Selain itu, qurban berfungsi
sebagai perjalanan spiritual bagi individu yang mempersembahkan qurban. Ini
adalah kesempatan untuk refleksi diri, disiplin diri, dan penguatan hubungan
seseorang dengan Allah. Tindakan mengorbankan hewan membutuhkan kesabaran,
keberanian, dan tujuan yang mendalam. Itu adalah ujian iman seseorang dan
pengingat akan pengorbanan yang dilakukan oleh mereka yang datang sebelum kita.
Dalam arti yang lebih luas,
filosofi qurban melampaui ranah agama. Itu mengajarkan kita nilai pengorbanan
dalam kehidupan kita sehari-hari, terlepas dari kepercayaan agama kita.
Pengorbanan, dalam bentuk apapun, menuntut kita untuk merelakan sesuatu demi
kebaikan yang lebih besar. Itu mungkin melibatkan mengorbankan waktu kita untuk
membantu orang lain, meninggalkan kemewahan pribadi untuk mendukung tujuan,
atau bahkan membuat keputusan sulit untuk kepentingan orang yang kita kasihi. Filosofi qurban mengajak
kita untuk merenungkan hakikat qurban dan kekuatan transformatifnya.
HUKUM QURBAN
Qurban, atau pengorbanan
hewan, adalah praktik keagamaan penting dalam Islam yang memiliki nilai budaya
dan spiritual yang signifikan bagi umat Islam di seluruh dunia. Tindakan
menyembelih hewan kurban di bulan Dzulhijjah Islam dianggap sebagai bentuk ibadah
dan ketaatan kepada Allah. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek
hukum dan prinsip-prinsip agama seputar Qurban.
Dasar Qurban dalam Islam
Qurban menemukan dasarnya
dalam ajaran Islam, terutama berasal dari kisah Nabi Ibrahim (Abraham) dan
kesediaannya untuk mengorbankan putranya, Ismail (Ishmael), sebagai ujian
keimanannya. Namun, Allah mengintervensi dan menyediakan seekor domba jantan
sebagai pengganti Ismail. Acara ini melambangkan ketundukan tertinggi pada
kehendak Allah dan berfungsi sebagai pengingat iman Nabi Ibrahim yang tak
tergoyahkan.
Kewajiban Hukum
Qurban tidak wajib (wajib)
dalam Islam, melainkan tindakan yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Ini
adalah tindakan ibadah sukarela yang dilakukan umat Islam untuk mencari kedekatan
dengan Allah dan untuk meniru kesalehan Nabi Ibrahim. Namun, bagi mereka yang
mampu secara finansial, sangat dianjurkan untuk berqurban. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Kautsar :
إِنَّآ
أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
Artinya: 1. Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
2. Maka dirikanlah shalat
karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ
3. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus.
Namun menurut Jumhur Ulama
Syafi'iyyah, bagi yang mampu dan memenuhi syarat, hukum kurban adalah sunnah
mu'akkad. Di mata Islam, orang yang bisa tetapi tidak melakukan kurban
tergolong keji bahkan dibenci oleh Al-Surah.Artinya: “Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa yang memiliki kemampuan, tetapi tidak berkurban, maka janganlah
dia mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad).
Syarat Qurban
Ada syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi agar Qurban menjadi sah:
1.
Niat: Orang yang
menawarkan Qurban harus memiliki niat mencari keridhaan Allah dan memenuhi
kewajiban agama.
2.
Hewan: Hewan yang
akan dikurbankan harus dalam umur tertentu dan dalam keadaan sehat. Islam
mengizinkan kurban sapi, domba, kambing, dan unta.
3.
Kepemilikan: Orang
yang menawarkan Qurban harus menjadi pemilik hewan. Tidak diperbolehkan untuk
mengorbankan hewan yang bukan milik Anda.
4.
Waktu: Qurban hanya
dapat dilakukan pada hari-hari yang telah ditentukan pada Idul Adha, yaitu
tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah.
Pembagian Daging Qurban
Daging dari hewan kurban
dibagi menjadi tiga bagian:
-
Sepertiga diberikan
kepada orang miskin dan membutuhkan: Ini dianggap sebagai tindakan amal dan
sarana untuk berbagi berkah Qurban dengan mereka yang kurang beruntung.
-
Sepertiga diberikan
kepada kerabat dan teman: Ini mempromosikan kohesi sosial dan memperkuat ikatan
kekerabatan dan komunitas.
-
Sepertiga disimpan
untuk konsumsi pribadi: Orang yang menawarkan Qurban dan keluarganya dapat
mengkonsumsi sebagian dari dagingnya.
a. Niat-Doa Menyembelih Hewan Kurban Diri Sendiri
اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ يَا كَرِيْمُ
Allahumma hadzihi minka wa ilaika, fataqabbal minni ya karim.
Artinya: "Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini aku bertakarub (mendekatkan diri) kepada-Mu. Karenanya Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah takarubku."
b. Doa Menyembelih Hewan Kurban Orang Lain
(....) بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنْ
Bismillah wallahu akbar. Allahumma minka wa ilaika, fataqabbal min ... (ucapkan nama pemilik hewan kurban).
Artinya: "Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, Ya Allah, kurban ini dari-Mu dan untuk-Mu, terimalah kurban (nama pemilik hewan kurban)."
c. Doa Menyembelih Hewan Kurban untuk 7 Orang
اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِن... يَا كَرِيْمُ
Allahumma hadzihi minka wa ilaika, fataqabbal min (ucapkan nama ketujuh pemilik hewan kurban) ya karim.
Artinya: "Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini kami bertakarub (mendekatkan diri) kepada-Mu. Karenanya Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah takarub kami."
Hikmah Berkurban
Berkurban adalah salah satu
ibadah yang dilakukan oleh umat Islam pada hari raya Idul Adha. Ibadah ini
tidak sekedar memberikan daging kepada yang membutuhkan, namun juga mengandung
banyak hikmah dan makna yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan membahas
beberapa hikmah berkurban yang bisa diambil sebagai pelajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Mengorbankan Sesuatu yang
Berharga
Salah satu hikmah dari
berkurban adalah kemampuan kita untuk mengorbankan sesuatu yang berharga bagi
kita. Dalam berkurban, kita harus mampu melepaskan hewan kurban yang mungkin
sudah menjadi bagian dari keluarga atau memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal
ini melarang kita untuk tidak terlalu terikat pada materi dan mampu melepaskan
sesuatu yang kita cintai demi kebaikan orang lain.
2. Keikhlasan dan Ketulusan
Hati
Berkurban juga melarang kita
tentang keikhlasan dan ketulusan hati. Ketika kita berkurban, tidak ada niatan
untuk mencari pujian atau ketidakseimbangan dari orang lain. Ibadah ini harus
dilakukan sematamata karena Allah SWT. Hal ini melarang kita untuk bertindak
dengan tulus dan ikhlas dalam segala hal yang kita lakukan, tanpa mengharapkan
balasan atau pengakuan dari orang lain.
3. Kepedulian terhadap
Sesama
Salah satu tujuan dari
berkurban adalah untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Daging kurban
yang didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang kurang mampu memberikan
manfaat yang besar bagi mereka. Hikmah ini melarang kita tentang pentingnya
memiliki rasa empati dan peduli terhadap kondisi sesama. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita juga bisa mengambil hikmah ini dengan berbagi dengan
orang-orang yang membutuhkan, baik itu dalam bentuk materi maupun waktu dan
perhatian.
4. Menjaga Keseimbangan
Dalam Hidup
Dalam berkurban, kita harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain.
Hewan kurban yang dipilih harus yang sehat dan memiliki kualitas yang baik.
Namun, kita juga harus memastikan bahwa kita tidak berlebihan dalam memilih
hewan kurban yang sangat mahal atau mewah. Hikmah ini melarang kita untuk
menjaga keseimbangan dalam hidup, tidak terlalu berlebihan dalam mengambil atau
memberikan.
Allahua'lam.
Baca Juga : Jurnas MudarrisMGMP PAI SMP Kab. Puurwakarta